PENDAHULUAN
Mahasiswa sering dipandang sebagai kelompok intelektual yang kritis dan ideslis,dengan memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mereka menjadi harapan untuk mampu membangun nilai positif dan mendorong kemajuan sosial. Namun, di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, banyak para mahasiswa justru terjebak dalam budaya konsumerisme. Dengan masuknya budaya korea kini menjadi tren yang banyak diminati oleh berbagai kalangan mahasiswa (Fitriah et al., 2023).
Budaya konsumerisme dengan ditandai pada kecenderungan untuk mengutamakan konsumsi barang dan jasa yang telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa yang tidak bisa membedahkan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah perasaan mendasar yang diperlukan untuk kelangsungan hidup atau aktivitas lainnya, sedangkan keinginan adalah dorongan yang muncuk dari luar, pengaruh lingkungan, atau keinginan pribadi untuk merasa lebih baik (Shabrina Atsarina Ramadhani et al., 2022)
Selain itu, mahasiswa mendapat pengaruh media sosial dan iklan yang muncul dengan menampilkan gaya hidup yang glamor dan barang-barang mewah, sehingga menciptakan standar hidup baru bagi para mahasiswa yang sulit untuk diabaikan. Maraknya tren promosi di aplikasi dengan menghadirkan konten produk melalui unboxing atau review yang menjadi racun persuasif, yang dapat mendorong gaya hidup konsumtif pengguna media sosial (Gratiaet al., 2022). Sehingga mahasiswa yang berada dalam masa mencari identitas diri sering kali tertekan untuk mengikuti tren yang ada, sehingga medorong mareka untuk menganut pola hidup konsumtif.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui interaksi mahasiswa, konsumsi, dan perilaku sosial mereka. Selain itu, memahami masalah yang terjadi pada mahasiswa dengan mendalam untuk melihat peran mahasiswa dalam masyarakat kontemporer. Dari sudut pandang sosiologi, konsumerisme lebih dari sekedar perilaku membeli akan tetapi sebuah sistem nilai yang menganggap kepemilikan barang menjadi simbol status seseorang dan menjadi identitas mereka. Dengan sedikit penjelasan tersebut saatnya beralih pada isi untuk menjelaskan faktor-faktor, dampak, dan solusi sebagai berikut.
ISI
Faktor-Faktor Menjadikan Konsumerisme pada Kalangan Mahasiswa
1. Pengaruh media sosial
Medai sosial seperti Instagram, TikTok, dan X telah menciptakan standar hidup yang sulit untuk diabahikan. Seperti saat mahasiswa melihat selebriti atau influencer dengan kehidupan yang glamor, para mahasiswa sering merasa terdorong untuk meniru,meskipun dengan keuang mereka yang minim. Selain itu, para mahasiswa terkena paparan terhadap konten pada barang mewah yang memunculkan harapan untuk bisa memilikinya.
2. Tekanan sosial
Dalam kelompok pertemanan juga terdapat harapan untuk tampil kekinian. Seperti jika teman-teman kampus menggunkan kerudung pashmina sebagai gaya baru, mahasiswa yang kurang mampu mengikuti bisa merasa malu dan terasing. Tekanan atas hal itu menciptakan tingkatan konsumsi yang sulit dihindari, yang mana mahasiswa harus membeli kerudung pashmina tersebut agar dapat diterima dalam kelompok sosial mereka.
3. Budaya hedonisme kampus
Di berbagai kampus terdapat budaya materialistic yang cukup kuat. Dengan status sosial yang diukur bersadarkan pada marek pakaian, tempat ngumpul, dan smartphone boba yang digunakan. Selain itu, mahasiswa yang ingin mendapat pengakuan dan tidak mau ketinggalan akan berusah mengikuti tren tersebut, bahkan sampai dengan melakukan hutang. Konsekuensinya para mahasiswa terjebak pada konsumsi yang berlebihan.
4. Mudahnya akses Buy Now Play Later (BNPL)
Dengan maraknya layanan Buy Now Play Later para mahasiswa lebih mudah untuk membeli barang yang di luar keuanganya dengan mencicil pada waktu ke waktu.Dengan akses yang begitu muda membuat banyak mahasiswa terjebak dalam utang pembelian tanpa pertimbangan.
Dampak Konsumerisme pada Mahasiswa
1. Gaya hidup materialistik
Mahasiswa sering sekali terperangkap pada pandangan bahwa kebahagian mereka tergantung barang atau outfid yang mereka miliki. Padahal dalam perspektif sosiologi, kebahagian seharusnya dibangun melalui hungan sosial yang baik dan implementasi untuk diri sendiri. Dengan ketergantungan pada materi dapat mengalihkan perhatian mereka pada nilai-nilai yang lebih penting dengan persahabatan dan pencapaian individu.
2. Masalah keuangan
Banyak mahasiswa mengahabiskan uang untuk hal-hal kurang penting, yang menjadikan mereka kesulitan membayar biaya kualih dan memenuhi kebutuhan kuliah mereka seperti buku. Selain itu, banyak mahasiswa terpaksa bekerja paruh waktu untuk bisa gaya hidup konsumtif yang mereka Jalani. Sehingga menyebabkan stress dan mengganggu konsentrasi pada kuliah mereka.
3. Kehilangan identitas diri
Mahasiswa yang terfokus pada citra mereka tampilkan di media sosial dan mengikuti tren, seringkali mereka kehilangan jati diri mereka. Selain itu, alih-alih mengebangkan potensi pengetahuan dan kepribadian, mereka malah sibuk memenuhi harapan sosial yang tidak masuk akal. Sehingga menyebabkan mereka terasingkan dari diri mereka sendiri dan nilai pengetahuan yang sebenarnya penting.
Memandang Solusinya
Menurut Pierre Bourdieu dalam (Hida & Stefani, 2025) menjelaskan bahwa konsumsi bukan sekadar tentang pemenuhan kebutuhan material, tetappi juga merupakan sarana untuk membangun identitas dan status sosial dalam kelompok tertentu. Selain itu, mahasiswa perlu menyadari bahwa kebiasaan konsumtif pada mereka terbentuk melalui konstruksi sosial yang dapat diubah. Dengan pemahaman tentang konsumerisme mahasiswa dapat melakukan Langkah-langkah untuk memperbaiki pola konsumsi mereka, seperti:
1. Membangung kesadaran kritis
Melalui diskusi antar mahasiswa dapat lebih cepat memahami pengaruh dari konsumerisme dan meningkatan kesadaran. Selain itu, kesadaran penting untuk mendorong perubahan dan pola pikiran
2. Memperkuat membaca finansial
Peningkatan literasi finensial yang baik untuk membantu mahasiswa dalam mengelolah keuangan mereka. Selain itu, dengan melek literasi digital yang membantu para mahasiswa dalam putusan pengeluaran.
3. Mendorong gaya hidup minimalis
Dengan gaya hidup yang minimalis akan membantu mahasiswa dalam kebutuhan dasar,
akan tetapi bukan keinginan yang berlebihan. Selain itu, membantu mahasiswa untuk
mengurangi membeli barang-barang kurang penting.
4. Mengembangkan komunitas positif
Membangun komunitas dengan tidak menjadikan meteri sebagai ukuran yang menjadikan para mahasiswa untuk lebih fokus pada nilai-nilai yang lebih mendalam. Mahasiswa dapat memfasilitasi pertukaran ide dan pengalaman yang tidak meluluh tanpa tidak berkaitan dengan konsumsi.
PENUTUP
Konsumerisme pada kalangan mahasiswa merupakan masalah yang lebih luas dari sekedar keuangan. Masalah tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh sosial media, interaksi sosial, dan budaya kontermporer mahasiswa. Selain itu, perspektif sosiologi mengetahui akar permasalah tersebut dan mencari solusi yang mendalam. Dengan upaya untuk tindak hanya perubahan perilaku, tetapi melihat sistem yang mendasari.
Harusnya para mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki sikap lebih kritis dengan kontem tren yang viral, agar para mahasiswa tidak masuk dalam pola konsumsi yang kurang sehat. Seharusnya para mahasiswa membuka kesadaran untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan membangun potensi dari.
SUMBER REFERENSI
Fitriah, N. L., Islam, M. H., & Diharjo, R. F. (2023). Dampak Korean Wave Terhadap Perilaku
Konsumerisme Merchaindise K-Pop Dikalangan Mahasiswa Probolinggo. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 4(2), 4427–4434.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v5i2.14115
Gratia, G. P., Merah, E. L. K., Triyanti, M. D., Paringa, T., & Primasari, C. H. (2022).
Fenomena Racun Tik-Tok Terhadap Budaya Konsumerisme Mahasiswa di Masa
Pandemi COVID-19. KONSTELASI: Konvergensi Teknologi Dan Sistem Informasi,
2(1), 193–200. https://doi.org/10.24002/konstelasi.v2i1.5272
Hida, D., & Stefani, L. (2025). Budaya Populer dan Konsumerisme : Studi Netnografi terhadap
Perilaku Konsumtif Fandom ENGENE dalam Pembelian Merchandise. 13(1), 78–95.
https://doi.org/10.37631/populika.v13i1.1863
Shabrina Atsarina Ramadhani, N., Handi Pratama, B., Utami, D., & Studi Sosiologi, P. (2022).
Mahasiswa Perantauan Dan Konsumerisme : Terbawa Arus Atau Tetap Bergaya Irit?
(Studi Pada Mahasiswa Rantau UNESA Di Kecamatan Wonokromo). Universitas
Negeri Surabaya 2022 |, 339, 339–347.
Penulis : Teguh Prasetiyo
Editor : Bayu Firmansyah