Pendahuluan
Ketika mendengar kata “kebun binatang”, sebagian besar dari kita mungkin langsung membayangkan tempat hiburan keluarga atau sarana edukasi anak-anak. Namun, jauh di balik citra tersebut, kebun binatang menyimpan nilai-nilai penting yang menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat—mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga budaya. Kebun Binatang Surabaya (KBS), sebagai salah satu kebun binatang tertua dan terbesar di Asia Tenggara, bukan hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pusat konservasi dan penggerak ekonomi lokal yang jarang disadari banyak orang. Di tengah era urbanisasi dan tantangan pelestarian lingkungan, KBS menjadi contoh nyata bagaimana sebuah tempat hiburan mampu menyatukan misi edukatif, pelestarian, dan ekonomi masyarakat.
Isi
Dari sisi ekonomi, peran KBS tidak bisa diremehkan. Setiap akhir pekan dan musim liburan, ribuan orang memadati area kebun binatang ini. Kehadiran pengunjung tersebut memberikan dampak langsung terhadap roda perekonomian lokal. Mulai dari tukang parkir, penjual makanan dan minuman, hingga pedagang suvenir, semuanya menggantungkan penghasilan dari aktivitas di sekitar KBS. Selain itu, keberadaan KBS juga menyerap banyak tenaga kerja langsung sebagai staf perawatan satwa, kebersihan, pemandu wisata, hingga bagian administrasi. Ini menjadi bukti bahwa lembaga konservasi satwa juga bisa menjadi sumber ekonomi produktif jika dikelola dengan baik.
Namun KBS bukan hanya soal uang dan wisata. Ia memiliki fungsi utama sebagai pusat konservasi satwa. Di tengah ancaman kepunahan berbagai spesies, terutama satwa endemik Indonesia seperti komodo, orangutan, dan jalak bali, KBS berperan sebagai rumah sementara bagi mereka yang terancam di habitat aslinya. Program edukasi yang diadakan juga menjadi jembatan pengetahuan antara masyarakat dengan dunia satwa. Anak-anak dan pelajar yang datang tidak hanya melihat hewan secara langsung, tetapi juga belajar mengenai pentingnya menjaga ekosistem dan keberlanjutan hidup satwa liar.
Yang tak kalah penting adalah nilai budaya yang dihidupi dan dijaga oleh keberadaan KBS. Banyak hewan yang menjadi bagian dari cerita rakyat, simbol adat, hingga filosofi hidup masyarakat Indonesia. Misalnya, harimau yang menjadi lambang keberanian atau gajah yang sering diasosiasikan dengan kebijaksanaan. Dengan tetap merawat keberadaan hewan-hewan ini, kita sejatinya sedang menjaga identitas budaya bangsa. Apalagi, KBS juga sering menjadi bagian dari kenangan kolektif warga Surabaya—tempat piknik masa kecil, kunjungan sekolah, atau sekadar jalan-jalan santai bersama keluarga.
Kesimpulan
Kebun Binatang Surabaya lebih dari sekadar tempat rekreasi. Ia adalah simpul penting yang mengikat berbagai nilai: ekonomi masyarakat, pelestarian lingkungan, dan warisan budaya. Di balik suara-suara riang pengunjung dan kandang-kandang hewan, terdapat kerja keras dan misi besar untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Oleh karena itu, keberadaan KBS patut dihargai dan didukung. Bukan hanya dengan menjadi pengunjung, tetapi juga dengan menjadi bagian dari kesadaran kolektif bahwa tempat seperti ini adalah aset penting dalam pembangunan berkelanjutan. Melestarikan KBS berarti melestarikan masa depan.
Penlis : Lazuardi Ilham Hanif Savitra dan Cici Nur Aisyah
Editor : Bayu